Sejak anak-anak Pangeran Raja Muhammad sudah mempunyai keistimewaan (ilmu laduni) yaitu sesuatu yang belum diketahui tetapi sudah bisa diketahui. Ketika Pangeran Raja Muhammad sudah besar ia pergi merantau untuk menyebarkan ilmunya sampai ke negri Minang (Sumatra, Padang). Setelah bertahun-tahun di Minang ia dipercaya sebagai tokoh atau ulama sehingga ia dijuluki Syekh Raja Muhammad.
kemudian setelah lama di Minang ia pulang kembali ke Tanah Jawa sekitar abad ke-16, perjalanan pulang dengan menaiki kapalnya ia singgah di daerah Mundu Pesisir (Alas Mundu) yang akhirnya mendirikan sebuah padepokan (pesantren). Setelah lama menyebarkan agama islam di daerah Mundu dengan para pengikutnya dan kemudian Syekh Raja Muhammad mempunyai para penjaga, ada yang dari Wikodi, Wiragasatri, dan Kineja.
Setelah Syekh Raja Muhammad sudah terkenal di daerah Mundu, kemudian Syekh Syarif Hidayatullah datang kepada Syekh Raja Muhammad untuk memastikan bahwa Syekh Raja Muhammad cucunya apa bukan. Kemudian Syekh Raja Muhammad dicoba ilmu dan kesaktiannya oleh Syekh Syarif Hidayatullah. Setelah dicoba dan ternyata terbukti bahwa Syekh Raja Muhammad memang benar sakti, sehingga Syekh Syarif Hidayatullah memberi julukan kepada Syekh Raja Muhammad dengan sebutan pangeran Luhung. Kata Luhung berasal dari kata leuweung (Hutan), karena orang desa tidak bisa menyebut kata leuweung sehingga mereka menyebutnya desa luwung. Kemudian Pangeran Luhung mendirikan suatu padepokan di Desa Luwung yang kemudian padepokannya terkenal dan sering dikunjungi oleh para kyai atau habbait, dan para santri untuk berziarah. Setalah perkembangannya sangat pesat dan dirasakan keberkahannya oleh para kyai dan masyarakat sehingga Pangeran Luhung disebut sebagai Wali Loman atau Wali Murah (murah barokahnya dan murah karomahnya).